Friday, October 9, 2009
Surat dari Bapak Uskup
Part of Cathedral, click to find holy Mother
Brothers and Sisters, we just got two letters from the Bishop, in English and in Bahasa Indonesia, here they are
Padang, Oct. 4, 2009
First of all I have to express from the outset the sense of gratitude to all parties and persons who have expressed their sympathy and extend their generous heart and hands to help us out.
I was not in Padang when the earthquake occur and hit the region very powerfully and back only at the night of Oct. 2, 2009, with 4.5 hours delay from Medan. In that dark night I still drove to have a quick “look” at a number of the too many things created by the earthquake. A strong sensation of huge and vas damage was very much felt. Only places where power plants were available lights were on; the city was cut totally off electricity.
After being able to have a closer and comprehensive look and look, I can say the following:
1. There is a strong sense of solidarity among people and there are actions taken to show that solidarity in directly helping out the victims and by collecting food, clothes and money to alleviate the suffering of the victims. There are many kitchen soups and mensas, emergency centers both for food and medical treatments. In Padang itself, especially in China town, no sign of neglected peoples and not tended belongings and houses. Victims are taken care of by relatives and social organizations.
There are volunteers and donators, well intended people from all over Sumatera and Jawa, especially Jakarta as well as rescue teams and volunteers from abroand have been in good number in West Sumatera.
Basic needs of victims are well provided and shelters, as needed, are available, not many in tents but in relatives’ house.
While at the same time, the dead were buried. In our direct surroundings there are around 40 dead.
The works of evacuation is going on and also to clear the debris from public buildings and private houses, depending on the possibility of the individuals. The heavy duty equipments employed by the national bodies equipments are not sufficient. This works are still going on are all over the places.
2. In the circle of Catholic Community, the temporary data available are the following. The dead are around 40. Those wounded are hospitalized in our hospital which in itself is very much damaged, so that patients are treated in tents, corridors and refectory. Operations were performed in this hospital because the city public hospital is affected badly by earthquake. There are medical assistance offered by Catholic hospitals in Sumatera and Jakarta, Bandung and Surabaya. The helps offered and delivered are personnel, medicines and instruments. Much more are promised, also from abroad.
3. The diocese of Padang respond to the needs of the victims of the earthquake under leadership and coordination of Diocesan Caritas, Karina. There are already many national Caritases in loco. Assessment and mapping are on the way. Coordination and collaboration are appropriately worked out, both with NGOs and local authority under and with coordination of OCCA. In Caritas group there are distribution of areas, responsibilities and teammates. The focus is how best to deliver humanitarian and charitable services to those who suffered most, irrespectedly of race, religion and cultures or ethnicity.
------------------------------------------------------
Padang, 3 Oktober 2009
Car. Mgr. dan Saudara/i terkasih,
Terimakasih atas perhatian dan dukungan dalam aneka bentuk dan cara kepada korban gempa tgl. 30 September 2009.
Tgl. 2 Oktober 2009 jam 22.00 saya masuk kota dari bandara, terlambat 4.5 jam dari Medan dan langsung keliling sebelum ke rumah untuk mendapat sedikit gambaran keadaan. Padang praktis gelap gulita, kecuali di rumah atau gedung dimana ada genset.
Sesudah melihat dari amat dekat dan berulang-ulang beberapa tempat, dapat saya sampaikan sbb.:
1. Ada solidaritas dalam kerpihatinan akibat gempa ini, yang menelan korban manusia dan materi yang amat besar. Setiap kali melihat reruntuhan, yang lama dan yang baru, selalu terasa menyesakkan. Banyak dan besar kerusakan. Di banyak tempat nampak alat berat untuk evakuasi korban dan orang perorangan mengurus reruntuhan rumahnya sambil menyelamatkan miliknya.
Banyak posko, tidak sedikit dapur umum tetapi tidak nampak ada “kemelaratan” dan penderitaan, tidak banyak tenda-tenda darurat di Padang, Orang rupanya cepat diakomodasi di rumah keluarga atau kenalan.
Banyak posko dari berbagai kelompok, dari kota Padang sendiri dan dari Jakarta dan kota lain. Bekerjasama dengan organisasi dan kelompok masyarakat setempat.
Dapur-dapur umum dan posko-posko nampaknya berkelimpahan bahan makanan dan minuman dasar.
2. Di lingkungan umat Katolik ada data sementara pemakaman “masal” 20 jenajah dan kemudian 10 dan 10 pada tgl 2 dan 3 Oktober. Ada kesibukan luar biasa. Yang luka dan butuh perawatan dirawat di RS Yos Sudarso atau lain. Di sana banyak pasien dari tempat lain karena operasi selama 2 hari dijalankan di sana karena RS M Jamil, RS Pusat Daerah lumpuh. Banyak bantuan medis, baik personel maupun peralatan dan obat-obat-obatan. Dan masih akan dating.
3. Keuskupan bekerja secara organisatoris dan koordinatif melalui Karina/Caritas. Sudah ada rekan-rekan dari berbagai lembaga internasional dan nasional yang bergabung. Penilaian dan pemetaan sedang dikerjakan, mau focus di bidang apa dan dimana dan bagaimana pembagian kerja di antaranya bersama dengan relawan yang terus datang, yang pasti adalah untuk karya dan pelayanan kemanusiaan lintas batas apa pun. Koordinasi dengan Basarnas dan Satkorlak juga ada.
4. Kondisi beberapa fasilitas di lingkungan Gereja/Keuskupan:
4.1. Gereja Katedral: roboh dinding pengimaman dan runtuk bagian di atas altar, sehingga sekarang terbuka. Misa Minggu, 3-4 Oktober sudah harus dilaksanakan di halaman samping, di ruang terbuka. Sedang dinilai apakah masih dapat direhab atau secara konstruksi sudah tidak layak lagi.
4.2. Pastoran (dua lantai): rusak berat. Bagian belakang jatuh dan runtuh menimpa beberapa kendaraan. Bagian lain di depan dan secretariat serta ruang-ruang bicara diragukan masih akan dapat dipugar.
4.3. Rumah Retret Puri Dharma (3 lantai): seluruh bagian belakang dari atas ke bawah runtuh dan rebah, termasuk dua genset 1 besar dan 1 kecil. Bagian lain yang sebenarnya baru dipugar sesudah gempa dua tahun lalu dikhawatirkan tidak lagi layak pugar, apalagi layak pakaiKeuskupan: bagian depannya hancur, roboh, sehingga kamar seorang Pastor di lantai 2 berantakan, dia harus mengungsi. Dua kamar di depan rusak dan bocor berat, penghuninya harus pindah. Ruang pertemuan dan kapel di gedung Utama juga banyak retak dan plafonnnya terbongkar parah. Pipa-pipa air patah, sehingga harus menimba air.
Banyak atap yang runtuh dan merusak bangunan tengah, ruangan Uskup dan refter. Dapur rusak, sehingga kami makan di gang. Kami masih bertahan di rumah ini, karena segan pindah.
4.4. Sekolah-sekolah yang hancur atau rusak total dan tidak dapat lagi digunakan:
4.4.1. Gedung SMA Don Bosko 4 lantai
4.4.2. TK Mariana
4.4.3. SD Theresia
4.4.4. SD Agnes
4.4.5. STBA Prayoga 3 lantai hancur total dan menjadi terkenal karena 16an orang terjebak di dalam dan sedikita yang dievakuasi selamat sedangkan yang lain sudah meninggal dunia Baru selesai evakuasi tgl, 3 Oktober malam..
4.5. Sekolah-sekolah yang rusak amat parah, sehingga kemungkinan harus dibongkar
sama sekali adalah:
4.5.1. SMP Maria
4.5.2. SMP Frater
4.5.3. Bangunan/Gedung tua/induk SMA Don Bosko
4.6. Sudah jelas akan tidak mudah menampung kegiatan belajar mengajar untuk semua siswa di semua tingkat dalam ruangan yang makin terbatas, pagi-sore, dan perubahan tempat dan jadual. Suatu pekerjaan besar dan rumit. Terasa kebutuhan untuk menambah ruangan belajar di luar ruang-ruang yang ada sekarang dengan tenda atau lodge darurat.
5. Wisma Sukma Indah (gereja lama) dua lantai, yang digunakan untuk berbagai kelompok kategorial dan pertemuan-pertemuan baik local, maupun nasional di kalangan gereja, rusak berat, fasadenya praktis hancur dan sebagian dinding. Masih berdiri tetapi tidak akan dapat digunakan lagi
6. Kapel dan biara Sr. SCMM rusak amat sangat berat. Patahan alur gempa amat dekat dengan kompleks ini juga. Asrama puteri, RB dan BP di kompleks ini juga sudah menghkawatirkan, kecuali rumah kayu Woloan yang nampak masih kokoh.
7. RS Yos Sudarso: bagian depan, lantai 2 dan 3 rusak amat berat dan tidak dapat digunakan, Lantai dasar dipakai karena terpaksa. Seluruh bagian lama RS ini, klinik, labor, ruangan-ruangan inap segala kelas, praktis ditnggalkan dan dialihkan ke tembok-tembok dan gang-gang rumah sakit, ke kamar makan dan tenda-tenda. Yang masih agak kokoh adalah Kamar Operasi dan Paviliun Edelweis, khusus untuk .maternitas. Bertahan juga biara Suster dan Rumah Untuk Orangtua di kompleks itu. .
Asrama perawat 3 lantai yang berada di belakang RS juga praktis habis.
8. Keuskupan: lantai dua bagian depan ambruk dan merongrong pendopo dan kamar di bawahnya, dua kamar di lantai dua dan satu jadi amat terpengaruh. Bagian belakang secara simetris terjadi yang sama, hanya belum runtuh. Kamar-kamar kebanyakan tidak dapat dipakai karena bocor, atap luruh. Dinding-dinding banyak retak dan ter”kelupas”. Dengan sedikit rasa aman kami masih menghuninya, tetapi pindah-pindah kamar.
9. Amat dibutuhkan penilaian berdasarkan ilmu dan pengalaman tentang keadaan gedung-gedung, apa dan sejauh mana layak huni, layak rehabilitasi/renovasi atau sama sekali harus dimasukkan daftar tak terpakai secara menyeluruh dan menetap untuk selamanya.
Demikian sepintas. Untuk emergency tetap diperlukan bantuan, tetapi kami sudah langsung menatap ke depan dengan beban-beban yang amat lumayan.
Salam dan hormat!
+Martinus D. Situmorang, OFM Cap
--------------------------------------------------------
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment