Monday, December 7, 2009
Festival Budaya Nusantara BKSN 2009
Pas kebetulan, akhir bulan lalu pergi ke kampung halaman, bertepatan dengan hari Kristus Raja. Saya dherekaken (mengantar) ibu ke Gereja dan apa yang saya temui di bangunan sementara gereja, ada yang sangat mencuri perhatian, dan susah dilupakan.
Anak-anak Putra-Putri Altar menggelar suatu sendratari, yang merefleksikan sejarah berdirinya gereja mereka. Dahsyat, begitu pendapat saya, apresiasi para misdinar terhadap kehidupan gereja mereka. Ada pemain yang masih SD, dan yang memimpin tampaknya sudah di SMP atau SMU. Tampaknya sangat kompak dan menyatu, dalam dialog jawa ala ketoprak, dan diiringi gamelan live. Kostum kejawen untuk peran pastur, petani, tentara, katekis, dan koster sederhana tapi apik.
Kisah yang seru dari mulai perluasan gereja Kotabaru ke daerah Baciro, perebutan tanah gereja oleh BTI, organisasi massa Partai Komunis. Konflik yang didramakan dengan perang tanding antara para katekis dengan aktivis komunis diakhiri dengan damai. Padahal mungkin sekali situasi tahun 1966 bukan seperti itu, tapi anak-anak belum selayaknya tahu, nanti saja kalau sudah dewasa ya. Bisa kita sikapi sejarah dengan lebih bijaksana.
Cerita diteruskan dengan suksesi atau pergantian pejabat pastor, dari pastor-pastor misionaris ke pastor-pastor projo, seperti kisah lengser keprabon raja-raja jawa saja dilakonkan. Karena sudah banyak suksesi, supaya ringkas dibacakan saja, wah ini penghematan kostum tampaknya.
Adegan lain yang menyentuh, ialah runtuhnya gereja, karena gempa Yogya. Diperagakan dengan khikmat, karena disini gugur seorang koster setia, yang telah puluhan tahun mengabdi. Beliau dipanggil Tuhan di bawah reruntuhan menara lonceng gereja. Ini based on real story of fatality, semoga Pak Koster berbahagia bersama Yesus di perayaan ekaristi abadi surga. Amin.
Kisah diakhiri dengan pembangunan kembali gereja, dan keberhasilan Paroki Baciro memekarkan wilayah gereja menjadi Paroki Pringwulung, Paroki Pangkalan, dan Paroki Babarsari.
Untuk hasil kerja keras para Misdinar ini, mereka mendapatkan penghargaan di Lomba BKSN Festival Budaya Nusantara 2009 sebagai juara pertama.
Sungguh menginspirasi, saya jadi ingat ketika anak-anak BIA St. Lusia, membawakan drama mencintai lingkungan, sama dahsyatnya, sama bagusnya, jadi saya rasa OMK dan Putra-Putri Altar St. Lusia tidak akan kalah dengan teman-temannya dari Baciro ini. Mari kita dukung anak-anak kita belajar dan berkarya meraih apa yang disiapkan Tuhan bagi mereka.
http://misdinarbaciro.blogspot.com/
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
haduuhh....terima kasih sekali sudah mengapresiasi karya rekan-rekan PPA Baciro...hehe~
Berkah Dalem.
^^,
Post a Comment