Thursday, December 17, 2009

Ucapan Natal 2009


Segenap pengurus Stasi St. Lusia, mengucapkan selamat Hari Natal dan Tahun Baru,
semoga rahmat dan damai sejahtera Natal selalu menyertai selalu menyertai saudara-saudara semua.




Selamat Hari Natal dan Tahun Baru





kartu natal digital St. Lusia dapat ditemukan di tautan ini

Komuni Pertama 2009

Tomi hari ini menerima komuni pertama, tapi dia bimbang kenapa kok tidak ada pengaruh di dirinya. Mau tanya Pastur Nattye, Pastur sibuk, ia tergesa pergi ke stasi lain. Tanya para gurunya, semua kelihatan terlalu bahagia, dia tak ingin merusak hari itu akhirnya dia bertanya pada ibunya, ibunya menjadi terharu atas pertanyaannya yang polos. Ibu itu jadi ingat peristiwa kematian ayahnya, seandainya Pak Joseph masih hidup, tentulah dia yang akan menerangkan pada putra tunggal mereka.

Ibu Martha menghela nafas kemudian membisikkan sesuatu pada Tomi.
Tomi tersadar dari bimbangnya, bahkan dia kemudian makin bersyukur
atas apa yang telah diterimanya hari itu.
Dia jadi makin tahu bahwa Yesus tidak pernah meninggalkan dirinya.

Apa yang dibisikkan Ibu Martha?
Apakah sudah kita temukan dalam persiapan komuni pertama 2009?



Pagi itu mereka berdua gelisah, tidak ada uang pada mereka untuk iuran perayaan, sebetulnya tidak bayar juga tidak apa-apa, tapi hari ini begitu istimewa, jangan sampai ada yang mengurangi keistimewaannya dengan tidak ikut berkontribusi.
Tidak disangka-sangka pelanggan yang suka ngemplang datang, Mak Aming membayar hutang di warung mereka, pertama kali sejak dua bulan ini.

Saat mau berangkat motor tua peninggalan Pak Joseph tidak mau menyala mesinnya, hampir habis hati Ibu Martha, tapi ada Bang Tigor yang membantu bersihkan busi
dan motor mau menyala. Tiba di perempatan minyak habis dan belum ada penjual minyak yang buka, untung ada Uda Buyung yang membantu meminjamkan minyak dari mobilnya ke motor mereka, perjalanan ke gereja St. Lusia dlanjutkan lagi.

Tiba di gereja ternyata belum terlambat, misa ternyata diundur 5 menit, karena teman-teman meminta pastor untuk menanti Tomi.

Pastor walau nanti masih harus bertugas di stasi lain memutuskan untuk menunggu juga, supaya lengkap jumlah anak-anak yang menerima Komuni Pertama hari ini, 22 orang.

Teman2 Tomi, Aristo, Priyo, Dede, Alexis dan Indra, lalu berkumpul, cerita tentang hal ini pada Tomi sebelum misa. Teman-teman yang putri,Febby, Renya, Desi, Theresia Evalina, Uli, Ayu, Magda, Merry, Warna, Warni, Stevani, Sri, Elsa, Theresia, Maria, Noni dan ada teman dari Perawang, Anastasia. Semua sudah siap berbaris mengenakan baju putih-putih dengan hiasan kepala yang indah. Ibu-ibu Wk, memasangkan dasi kupu-kupu ke leher Tomi.

Ibu martha mengulang semua kejadian itu pada Tomi dan menjelaskan mengapa semua orang begitu baik bagi mereka teristimewa hari itu.

Baju dan penampilan Tomi boleh jadi istimewa dan membuat orang berpikir tentu hari ini adalah hari yang penting bagi Tomi. Mereka jadi tak segan-segan menolong ibu dan anak itu. Tapi Bu Martha membisikkan hal yang sama sekali lain, Ibu Martha mengajak Tomi untuk memahami rangkaian peristiwa itu dalam iman pada Tuhan Yesus.

Kita mungkin susah untuk melakukan, mengusahakan atau mengalami suatu keselamatan sendiri namun bersama dengan sesama hal tersebut menjadi lebih mudah. Bahkan Tuhan Yesus pun mencontohkan hal yang indah itu di sakramen komuni. Bukankah tidak ada Ibadat kalau hanya seorang saja yang hadir, seharusnyalah kita makin memahami kalau keselamatan itu diupayakan bersama.

Sebentar, dalam daftar penerima Komuni mengapa tidak ada nama Tomi, ah, di manakah dia. Foto-foto peristiwa ini dapat ditemukan di tautan berikut. Dan di tautan yang ini juga. Adakah Tomi?

Monday, December 14, 2009

Pesta Nama Santa Lucia





Text lagu yang lebih jelas ada di tautan ini



13 Desember adalah pesta nama Santa Lusia,

siapakah dia?





St. Lusia―sang perawan dan martir―sesuai dengan arti namanya, yaitu “cahaya”, telah memancarkan cahaya iman dan kemurnian di tengah segala situasi hidupnya. Ia tak segan-segan menyerahkan nyawanya demi imannya pada Kristus. Ia meninggal pada tahun 304 dan diperingati setiap tanggal 13 Desember.

13 Desember St. Lusia




Santa yang dikagumi ini hidup di Syracuse, Sisilia. Ia dilahirkan pada akhir abad ketiga. Orangtuanya adalah bangsawan yang kaya raya serta terhormat. Ayahnya meninggal ketika Lusia masih kecil. Lusia secara diam-diam berjanji kepada Yesus bahwa ia tidak akan pernah menikah agar ia dapat menjadi milik-Nya saja. Lusia seorang gadis yang jelita dengan sepasang mata yang indah. Para pemuda bangsawan jatuh hati kepadanya. Ibunya mendesaknya untuk menikah dengan salah seorang dari mereka yang telah dipilihnya bagi Lusia. Tetapi Lusia tidak tertarik. Ia kemudian memikirkan suatu rencana untuk melunakkan hati ibunya. Ia tahu bahwa ibunya menderita sakit pendarahan. Lusia membujuknya untuk pergi ke gereja St. Agatha dan berdoa mohon kesembuhan. Lusia pergi menemaninya dan mereka berdoa bersama. Ketika Tuhan mendengar doa mereka serta menyembuhkan ibunya, Lusia mengatakan kepada ibunya tentang ikrarnya untuk menjadi pengantin Kristus. Sebagai ungkapan rasa terima kasih atas kesembuhannya, ibunya mengijinkan Lusia memenuhi panggilan hidupnya. Tetapi pemuda kepada siapa ibunya telah menjanjikan Lusia, amat marah karena kehilangan Lusia. Dalam puncak kemarahannya, ia melaporkan Lusia sebagai seorang pengikut Kristus. Ia mengancam hendak membutakan kedua mata Lusia. Tetapi, Lusia bahkan rela kehilangan kedua matanya daripada tidak menjadi pengantin Kristus. Dan itulah yang terjadi. Banyak patung yang kelak dibuat menggambarkan St. Lusia dengan matanya yang indah di telapak tangannya. Yesus membalas cinta Lusia yang gagah berani. Ia melakukan mukjizat dengan memulihkan mata Lusia kembali, bahkan jauh lebih indah dari sebelumnya.


Hakim yang kafir berusaha mengirim Lusia ke rumah wanita pendosa. Ia berharap agar Lusia dapat dibujuk untuk mengingkari Kristus. Tetapi ketika mereka berusaha membawanya ke sana, Tuhan menjadikan tubuh Lusia demikian berat sehingga mereka tidak dapat mengangkatnya. Pada akhirnya, Lusia ditikam dan menjadi martir bagi Yesus pada tahun 304.


Hidupnya mengajak kita untuk menanya diri, “Sudahkah saya setia pada iman saya? Sudahkah saya setia pada Kristus? Apakah saya tidak mendua hati? Apakah saya lebih memilih iman saya pada Kristus daripada kekayaan, kehormatan, kesehatan, dll?” Singkat kata, dengan hidup dan kematiannya, St. Lusia menyerukan bahwa “Tuhan pantas dicintai lebih dari apa pun dan siapa pun!”

kisah santa Lusia dapat kita temukan di tautan ini

Kalau pakai bahasa Indonesia, Stasi kita mungkin dapat dilagukan sepertini:
(boleh direvisi kok)

St. Lusia Rumbai

Desah angin lembut
di sela daun
umat pun bersatu
dalam doa syahdu .....2x

gereja nan indah
di atas bukit
Santa Lusia
Santa Lusia .....2x

Sinar sang surya
kemilau embun
Cahaya surga
sang gadis anggun .....2x

dara bersahaja
pelindung kita
Santa Lusia
Santa Lusia .....2x

Bait yang lain nunggu kawan-kawan membuatnya, bersama-sama pasti lebih seru.
begitu rasanya kapel St. Lusia Rumbai.

Monday, December 7, 2009

Festival Budaya Nusantara BKSN 2009



Pas kebetulan, akhir bulan lalu pergi ke kampung halaman, bertepatan dengan hari Kristus Raja. Saya dherekaken (mengantar) ibu ke Gereja dan apa yang saya temui di bangunan sementara gereja, ada yang sangat mencuri perhatian, dan susah dilupakan.




Anak-anak Putra-Putri Altar menggelar suatu sendratari, yang merefleksikan sejarah berdirinya gereja mereka. Dahsyat, begitu pendapat saya, apresiasi para misdinar terhadap kehidupan gereja mereka. Ada pemain yang masih SD, dan yang memimpin tampaknya sudah di SMP atau SMU. Tampaknya sangat kompak dan menyatu, dalam dialog jawa ala ketoprak, dan diiringi gamelan live. Kostum kejawen untuk peran pastur, petani, tentara, katekis, dan koster sederhana tapi apik.



Kisah yang seru dari mulai perluasan gereja Kotabaru ke daerah Baciro, perebutan tanah gereja oleh BTI, organisasi massa Partai Komunis. Konflik yang didramakan dengan perang tanding antara para katekis dengan aktivis komunis diakhiri dengan damai. Padahal mungkin sekali situasi tahun 1966 bukan seperti itu, tapi anak-anak belum selayaknya tahu, nanti saja kalau sudah dewasa ya. Bisa kita sikapi sejarah dengan lebih bijaksana.



Cerita diteruskan dengan suksesi atau pergantian pejabat pastor, dari pastor-pastor misionaris ke pastor-pastor projo, seperti kisah lengser keprabon raja-raja jawa saja dilakonkan. Karena sudah banyak suksesi, supaya ringkas dibacakan saja, wah ini penghematan kostum tampaknya.



Adegan lain yang menyentuh, ialah runtuhnya gereja, karena gempa Yogya. Diperagakan dengan khikmat, karena disini gugur seorang koster setia, yang telah puluhan tahun mengabdi. Beliau dipanggil Tuhan di bawah reruntuhan menara lonceng gereja. Ini based on real story of fatality, semoga Pak Koster berbahagia bersama Yesus di perayaan ekaristi abadi surga. Amin.



Kisah diakhiri dengan pembangunan kembali gereja, dan keberhasilan Paroki Baciro memekarkan wilayah gereja menjadi Paroki Pringwulung, Paroki Pangkalan, dan Paroki Babarsari.




Untuk hasil kerja keras para Misdinar ini, mereka mendapatkan penghargaan di Lomba BKSN Festival Budaya Nusantara 2009 sebagai juara pertama.

Sungguh menginspirasi, saya jadi ingat ketika anak-anak BIA St. Lusia, membawakan drama mencintai lingkungan, sama dahsyatnya, sama bagusnya, jadi saya rasa OMK dan Putra-Putri Altar St. Lusia tidak akan kalah dengan teman-temannya dari Baciro ini. Mari kita dukung anak-anak kita belajar dan berkarya meraih apa yang disiapkan Tuhan bagi mereka.

http://misdinarbaciro.blogspot.com/