Thursday, December 17, 2009

Ucapan Natal 2009


Segenap pengurus Stasi St. Lusia, mengucapkan selamat Hari Natal dan Tahun Baru,
semoga rahmat dan damai sejahtera Natal selalu menyertai selalu menyertai saudara-saudara semua.




Selamat Hari Natal dan Tahun Baru





kartu natal digital St. Lusia dapat ditemukan di tautan ini

Komuni Pertama 2009

Tomi hari ini menerima komuni pertama, tapi dia bimbang kenapa kok tidak ada pengaruh di dirinya. Mau tanya Pastur Nattye, Pastur sibuk, ia tergesa pergi ke stasi lain. Tanya para gurunya, semua kelihatan terlalu bahagia, dia tak ingin merusak hari itu akhirnya dia bertanya pada ibunya, ibunya menjadi terharu atas pertanyaannya yang polos. Ibu itu jadi ingat peristiwa kematian ayahnya, seandainya Pak Joseph masih hidup, tentulah dia yang akan menerangkan pada putra tunggal mereka.

Ibu Martha menghela nafas kemudian membisikkan sesuatu pada Tomi.
Tomi tersadar dari bimbangnya, bahkan dia kemudian makin bersyukur
atas apa yang telah diterimanya hari itu.
Dia jadi makin tahu bahwa Yesus tidak pernah meninggalkan dirinya.

Apa yang dibisikkan Ibu Martha?
Apakah sudah kita temukan dalam persiapan komuni pertama 2009?



Pagi itu mereka berdua gelisah, tidak ada uang pada mereka untuk iuran perayaan, sebetulnya tidak bayar juga tidak apa-apa, tapi hari ini begitu istimewa, jangan sampai ada yang mengurangi keistimewaannya dengan tidak ikut berkontribusi.
Tidak disangka-sangka pelanggan yang suka ngemplang datang, Mak Aming membayar hutang di warung mereka, pertama kali sejak dua bulan ini.

Saat mau berangkat motor tua peninggalan Pak Joseph tidak mau menyala mesinnya, hampir habis hati Ibu Martha, tapi ada Bang Tigor yang membantu bersihkan busi
dan motor mau menyala. Tiba di perempatan minyak habis dan belum ada penjual minyak yang buka, untung ada Uda Buyung yang membantu meminjamkan minyak dari mobilnya ke motor mereka, perjalanan ke gereja St. Lusia dlanjutkan lagi.

Tiba di gereja ternyata belum terlambat, misa ternyata diundur 5 menit, karena teman-teman meminta pastor untuk menanti Tomi.

Pastor walau nanti masih harus bertugas di stasi lain memutuskan untuk menunggu juga, supaya lengkap jumlah anak-anak yang menerima Komuni Pertama hari ini, 22 orang.

Teman2 Tomi, Aristo, Priyo, Dede, Alexis dan Indra, lalu berkumpul, cerita tentang hal ini pada Tomi sebelum misa. Teman-teman yang putri,Febby, Renya, Desi, Theresia Evalina, Uli, Ayu, Magda, Merry, Warna, Warni, Stevani, Sri, Elsa, Theresia, Maria, Noni dan ada teman dari Perawang, Anastasia. Semua sudah siap berbaris mengenakan baju putih-putih dengan hiasan kepala yang indah. Ibu-ibu Wk, memasangkan dasi kupu-kupu ke leher Tomi.

Ibu martha mengulang semua kejadian itu pada Tomi dan menjelaskan mengapa semua orang begitu baik bagi mereka teristimewa hari itu.

Baju dan penampilan Tomi boleh jadi istimewa dan membuat orang berpikir tentu hari ini adalah hari yang penting bagi Tomi. Mereka jadi tak segan-segan menolong ibu dan anak itu. Tapi Bu Martha membisikkan hal yang sama sekali lain, Ibu Martha mengajak Tomi untuk memahami rangkaian peristiwa itu dalam iman pada Tuhan Yesus.

Kita mungkin susah untuk melakukan, mengusahakan atau mengalami suatu keselamatan sendiri namun bersama dengan sesama hal tersebut menjadi lebih mudah. Bahkan Tuhan Yesus pun mencontohkan hal yang indah itu di sakramen komuni. Bukankah tidak ada Ibadat kalau hanya seorang saja yang hadir, seharusnyalah kita makin memahami kalau keselamatan itu diupayakan bersama.

Sebentar, dalam daftar penerima Komuni mengapa tidak ada nama Tomi, ah, di manakah dia. Foto-foto peristiwa ini dapat ditemukan di tautan berikut. Dan di tautan yang ini juga. Adakah Tomi?

Monday, December 14, 2009

Pesta Nama Santa Lucia





Text lagu yang lebih jelas ada di tautan ini



13 Desember adalah pesta nama Santa Lusia,

siapakah dia?





St. Lusia―sang perawan dan martir―sesuai dengan arti namanya, yaitu “cahaya”, telah memancarkan cahaya iman dan kemurnian di tengah segala situasi hidupnya. Ia tak segan-segan menyerahkan nyawanya demi imannya pada Kristus. Ia meninggal pada tahun 304 dan diperingati setiap tanggal 13 Desember.

13 Desember St. Lusia




Santa yang dikagumi ini hidup di Syracuse, Sisilia. Ia dilahirkan pada akhir abad ketiga. Orangtuanya adalah bangsawan yang kaya raya serta terhormat. Ayahnya meninggal ketika Lusia masih kecil. Lusia secara diam-diam berjanji kepada Yesus bahwa ia tidak akan pernah menikah agar ia dapat menjadi milik-Nya saja. Lusia seorang gadis yang jelita dengan sepasang mata yang indah. Para pemuda bangsawan jatuh hati kepadanya. Ibunya mendesaknya untuk menikah dengan salah seorang dari mereka yang telah dipilihnya bagi Lusia. Tetapi Lusia tidak tertarik. Ia kemudian memikirkan suatu rencana untuk melunakkan hati ibunya. Ia tahu bahwa ibunya menderita sakit pendarahan. Lusia membujuknya untuk pergi ke gereja St. Agatha dan berdoa mohon kesembuhan. Lusia pergi menemaninya dan mereka berdoa bersama. Ketika Tuhan mendengar doa mereka serta menyembuhkan ibunya, Lusia mengatakan kepada ibunya tentang ikrarnya untuk menjadi pengantin Kristus. Sebagai ungkapan rasa terima kasih atas kesembuhannya, ibunya mengijinkan Lusia memenuhi panggilan hidupnya. Tetapi pemuda kepada siapa ibunya telah menjanjikan Lusia, amat marah karena kehilangan Lusia. Dalam puncak kemarahannya, ia melaporkan Lusia sebagai seorang pengikut Kristus. Ia mengancam hendak membutakan kedua mata Lusia. Tetapi, Lusia bahkan rela kehilangan kedua matanya daripada tidak menjadi pengantin Kristus. Dan itulah yang terjadi. Banyak patung yang kelak dibuat menggambarkan St. Lusia dengan matanya yang indah di telapak tangannya. Yesus membalas cinta Lusia yang gagah berani. Ia melakukan mukjizat dengan memulihkan mata Lusia kembali, bahkan jauh lebih indah dari sebelumnya.


Hakim yang kafir berusaha mengirim Lusia ke rumah wanita pendosa. Ia berharap agar Lusia dapat dibujuk untuk mengingkari Kristus. Tetapi ketika mereka berusaha membawanya ke sana, Tuhan menjadikan tubuh Lusia demikian berat sehingga mereka tidak dapat mengangkatnya. Pada akhirnya, Lusia ditikam dan menjadi martir bagi Yesus pada tahun 304.


Hidupnya mengajak kita untuk menanya diri, “Sudahkah saya setia pada iman saya? Sudahkah saya setia pada Kristus? Apakah saya tidak mendua hati? Apakah saya lebih memilih iman saya pada Kristus daripada kekayaan, kehormatan, kesehatan, dll?” Singkat kata, dengan hidup dan kematiannya, St. Lusia menyerukan bahwa “Tuhan pantas dicintai lebih dari apa pun dan siapa pun!”

kisah santa Lusia dapat kita temukan di tautan ini

Kalau pakai bahasa Indonesia, Stasi kita mungkin dapat dilagukan sepertini:
(boleh direvisi kok)

St. Lusia Rumbai

Desah angin lembut
di sela daun
umat pun bersatu
dalam doa syahdu .....2x

gereja nan indah
di atas bukit
Santa Lusia
Santa Lusia .....2x

Sinar sang surya
kemilau embun
Cahaya surga
sang gadis anggun .....2x

dara bersahaja
pelindung kita
Santa Lusia
Santa Lusia .....2x

Bait yang lain nunggu kawan-kawan membuatnya, bersama-sama pasti lebih seru.
begitu rasanya kapel St. Lusia Rumbai.

Monday, December 7, 2009

Festival Budaya Nusantara BKSN 2009



Pas kebetulan, akhir bulan lalu pergi ke kampung halaman, bertepatan dengan hari Kristus Raja. Saya dherekaken (mengantar) ibu ke Gereja dan apa yang saya temui di bangunan sementara gereja, ada yang sangat mencuri perhatian, dan susah dilupakan.




Anak-anak Putra-Putri Altar menggelar suatu sendratari, yang merefleksikan sejarah berdirinya gereja mereka. Dahsyat, begitu pendapat saya, apresiasi para misdinar terhadap kehidupan gereja mereka. Ada pemain yang masih SD, dan yang memimpin tampaknya sudah di SMP atau SMU. Tampaknya sangat kompak dan menyatu, dalam dialog jawa ala ketoprak, dan diiringi gamelan live. Kostum kejawen untuk peran pastur, petani, tentara, katekis, dan koster sederhana tapi apik.



Kisah yang seru dari mulai perluasan gereja Kotabaru ke daerah Baciro, perebutan tanah gereja oleh BTI, organisasi massa Partai Komunis. Konflik yang didramakan dengan perang tanding antara para katekis dengan aktivis komunis diakhiri dengan damai. Padahal mungkin sekali situasi tahun 1966 bukan seperti itu, tapi anak-anak belum selayaknya tahu, nanti saja kalau sudah dewasa ya. Bisa kita sikapi sejarah dengan lebih bijaksana.



Cerita diteruskan dengan suksesi atau pergantian pejabat pastor, dari pastor-pastor misionaris ke pastor-pastor projo, seperti kisah lengser keprabon raja-raja jawa saja dilakonkan. Karena sudah banyak suksesi, supaya ringkas dibacakan saja, wah ini penghematan kostum tampaknya.



Adegan lain yang menyentuh, ialah runtuhnya gereja, karena gempa Yogya. Diperagakan dengan khikmat, karena disini gugur seorang koster setia, yang telah puluhan tahun mengabdi. Beliau dipanggil Tuhan di bawah reruntuhan menara lonceng gereja. Ini based on real story of fatality, semoga Pak Koster berbahagia bersama Yesus di perayaan ekaristi abadi surga. Amin.



Kisah diakhiri dengan pembangunan kembali gereja, dan keberhasilan Paroki Baciro memekarkan wilayah gereja menjadi Paroki Pringwulung, Paroki Pangkalan, dan Paroki Babarsari.




Untuk hasil kerja keras para Misdinar ini, mereka mendapatkan penghargaan di Lomba BKSN Festival Budaya Nusantara 2009 sebagai juara pertama.

Sungguh menginspirasi, saya jadi ingat ketika anak-anak BIA St. Lusia, membawakan drama mencintai lingkungan, sama dahsyatnya, sama bagusnya, jadi saya rasa OMK dan Putra-Putri Altar St. Lusia tidak akan kalah dengan teman-temannya dari Baciro ini. Mari kita dukung anak-anak kita belajar dan berkarya meraih apa yang disiapkan Tuhan bagi mereka.

http://misdinarbaciro.blogspot.com/

Monday, November 30, 2009

St. Lusia-vaganza Bazaar

Ada buah, lauk, alat rumah tangga, barang elektronik, buku-buku, mainan anak, dan baju dengan beraneka corak serta gaya di toserba ini. Toserba tahunan menjelang Natal dan Tahun Baru, siapa cepat dan punya surat kupan, boleh membeli.

Pemrakarsa kegiatan ini adalah Ibu-ibu WKRI, dengan tujuan menyediakan kebutuhan sehari-hari yang masih cantik dan rancak tapi dengan harga dijamin murah. Boleh diadu, ada price-match program, dipandu oleh para SPG yang berpengalaman tahunan soal skill shop without broke. Dan dikawal oleh MC yang didatangkan dari Minas. Bp. Carlo Wisnu.



Para pembeli yang kebingungan memilih akan diarahkan untuk mendapatkan busana yang cocok dengan amal dan baktinya, eh salah, dengan penampilannya. Karena selain SPG mereka juga pengarah gaya, merangkap mantan peragawati di eranya (ngarang).


Sementara di luar ruangan, OMK mengadakan ajang permainan LusiaFuntastic, berupa pemancingan ikan, tebak kelereng, lomba joged dan serangkaian acara ketangkasan yang dapat diikuti anak-anak dengan menyediakan hadiah yang menari.

Foto selengkapnya ada di sini

Rekoleksi OMK 09

Tengah bulan menghentak, OMK St. Lusia menggelar rekoleksi tahunan yang diikuti lebih dari 40 anggotanya. Moderator OMK, Oom Paul Motoh menjadi host, dan beberapa pembicara mengisi session-session dalam acara ini.



Sela-sela materi activity planning dan pengembangan pribadi, tidak lupa kawan-kawan OMK bergembira, supaya tetap fresh dan siap untuk menghadapi tantangan session berikutnya.



Dengar-dengar untuk merayakan Natal, OMK St. Lusia bekerja sama dengan OMK dari Stasi lain di Paroki St. Paulus akan mengadakan Acara Natal OMK 2009. Acara yang cukup besar, pastinya memerlukan kerapian organisasi, komunikasi yang baik dan koordinasi rancak dari semua pendukung. Semoga sukses OMK St. Lusia bekal dari Rekoleksi langsung dipraktekkan.



Foto selengkapnya dapat dilihat di sini

Bukan PA Biasa

Pendalaman Kitab Suci di awal bulan November 2009, dibawakan oleh Ibu Brotani. Siapakah beliau, beliau adalah seorang ebangelis dari kota Pahlawan. Sudah sepuh tetapi tetap energik dan membawa inspirasi untuk para pesertanya.



Bapak Ibu peserta kegiatan ini dengan antusias mengikuti pendalaman firman selama beberapa session tanpa kenal lelah.


Kegiatan ini diprakarsai oleh WKRI St. Lusia, selamat dan semoga tahun depan ada lagi acara yang makin memperdalam kerinduan terhadap Firman Tuhan seperti ini.

Monday, October 26, 2009

Wednesday, October 21, 2009

Hasil Lomba Mewarnai

Selamat bagi para juara dan semua peserta yang telah melaksanakan lomba dengan tekun. Jika 1 gambar sama dengan ribuan kata, maka mewarnai gambar mudah-mudahan sama dengan papa dan mama yang berdoa, apa lagi kalau ditambah doa bersama.

Tingkat SD (2,3) :
Juara 1 Theresia
Juara 2 Ivo
Juara 3 Kevin





Tingkat TK :

Juara 1 Silvia

Juara 2 Andre



Tingkat SD besar (4,5,6)

Juara 1 Mixguel

Juara 2 Bertha

Juara 3 Rafael

hasil selengkapnya ada di sini

Bulan Maria bersama BIA

Selain mendaraskan doa rosario selama bulan Oktober ini di gereja tiap hari Rabu sore dan Novena tiap sebelum misa di hari Minggu. Ibu-ibu pembina BIA mengajak putra-putri sekolah minggu untuk menghayati semangat Bunda Maria dengan lomba mewarnai.

Sementara Mudika, maksudnya OMK menyediakan kaos bertema Rosario, mereka sedang mencari dana untuk perayaan natal 2009.


Mas Paul, Mas Justin sedang mengikuti rapat bersama OMK Rumbai, wis mirip parlemen dang.

Lomba mewarnai, sedang berlangsung,


Sesaat sebelum lomba,

Monday, October 12, 2009

Perayaan Ulang tahun di Paroki Labuh Baru

Sebuah gereja yang menari, barangkali hal ini yang dapat kita hayati jika menghadiri perayaan ini. Umat mempersembahkan ungkapan syukurnya dalam Misa dan dalam gerakan tubuh. Mengikuti musik dengan irama yang lincah dan gerakan yang bebas namun tertata. Barang kali seperti itulah tarian yang melambangkan pergumulan Gereja Labuh Baru dalam ziarah pelayanannya di Kota Pekanbaru.



Siang yang terik tidak menghalangi pesta perayaan HUT Paroki St Paulus. Umat menghadiri acara ini beramai-ramai dari semua stasi. Tua, muda, dewasa, remaja dan anak-anak, semua larut dalam dentuman ritmis Tor-tor. Inilah pesta, basah kuyub keringat tidak melarutkan semangat.



Tidak hanya berupa dana, persembahan juga diberikan dalam bentuk hadiah dan lain-lainya.


foto-foto lain terdapat di : tautan ini

Friday, October 9, 2009

Ajakan Bapak Ketua Stasi



Bapak-ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus,
Sebagaimana kita ketahui, gempa bumi berkekuatan 7,6 skala Richter yang terjadi pada Rabu 30 September 2009 yang lalu telah meluluh-lantakkan kota Padang dan kota-kota di sekitarnya di Sumatra Barat dan menyisakan cerita duka. Banyak orang yang meninggal dan terluka dan banyak gedung yang roboh. Sebagian korban gempa adalah warga yang tinggal di wilayah Keuskupan Padang.
Pada kesempatan ini saya ingin berbagi cerita yang ditulis sendiri oleh bapak uskup Martinus D. Situmorang OFMCap mengenai kondisi korban gempa (terlampir), sekaligus memohon kerelaan hati bapak-ibu sekalian untuk bisa memberikan sumbangan bagi korban gempa tersebut melalui nomor-nomor rekening berikut:

1. BANK PANIN, Cab. Utama Padang, ACC 570.2.02626. 8 a.n. Martinus D. Situmorang and/or Alexius Sudarmanto
2. OCBC NISP PADANGT ACC No. 340-130-25252- 0 a.n. Martinus D. Situmorang
3. BCA KCP Pemuda Padang, ACC 163 0158571 a.n. Alexius Sudarmanto
4. Bank MANDIRI KCP PADANG MUARA, ACC No. 111-00-0551250- 0 a.n. Alexius Sudarmanto.

Atas nama pengurus Stasi Santa Lusia Rumbai saya mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan yang diberikan.
Tuhan memberkati.

Salam,
Pambuka Vita Adi

-------------------------------------------------------------------------------------

IN ENGLISH:

Dear brothers and sisters in Christ,
As we are aware a strong earthquake of 7.6 SR rocked Padang and other cities in West Sumatra on Wednesday, 30 September 2009 and caused many people died or injured and thousands of building collapsed. Among the victims are those living in Deocesan Padang.
By this email I would like to share with you a letter that I received from bishop Mgr. Martinus D. Situmorang (bishop of Padang) telling us the condition of the victims (attached) and I also would like to invite you to make a cash donation which can be transferred to the following bank information:

1. BANK PANIN, Cab. Utama Padang, ACC 570.2.02626. 8 a.n. Martinus D. Situmorang and/or Alexius Sudarmanto
2. OCBC NISP PADANGT ACC No. 340-130-25252- 0 a.n. Martinus D. Situmorang
3. BCA KCP Pemuda Padang, ACC 163 0158571 a.n. Alexius Sudarmanto
4. Bank MANDIRI KCP PADANG MUARA, ACC No. 111-00-0551250- 0 a.n. Alexius Sudarmanto.

On behalf of Santa Lusia Catholic Church Rumbai committee I would like to thank you all for your support.
May God bless us.

Best regards,
Pambuka Vita Adi

PS: Some pictures from Internet: http://www.boston.com/bigpicture/2009/10/2009_sumatra_earthquakes.html

Surat dari Bapak Uskup



Part of Cathedral, click to find holy Mother


Brothers and Sisters, we just got two letters from the Bishop, in English and in Bahasa Indonesia, here they are



Padang, Oct. 4, 2009



First of all I have to express from the outset the sense of gratitude to all parties and persons who have expressed their sympathy and extend their generous heart and hands to help us out.
I was not in Padang when the earthquake occur and hit the region very powerfully and back only at the night of Oct. 2, 2009, with 4.5 hours delay from Medan. In that dark night I still drove to have a quick “look” at a number of the too many things created by the earthquake. A strong sensation of huge and vas damage was very much felt. Only places where power plants were available lights were on; the city was cut totally off electricity.

After being able to have a closer and comprehensive look and look, I can say the following:

1. There is a strong sense of solidarity among people and there are actions taken to show that solidarity in directly helping out the victims and by collecting food, clothes and money to alleviate the suffering of the victims. There are many kitchen soups and mensas, emergency centers both for food and medical treatments. In Padang itself, especially in China town, no sign of neglected peoples and not tended belongings and houses. Victims are taken care of by relatives and social organizations.
There are volunteers and donators, well intended people from all over Sumatera and Jawa, especially Jakarta as well as rescue teams and volunteers from abroand have been in good number in West Sumatera.
Basic needs of victims are well provided and shelters, as needed, are available, not many in tents but in relatives’ house.
While at the same time, the dead were buried. In our direct surroundings there are around 40 dead.
The works of evacuation is going on and also to clear the debris from public buildings and private houses, depending on the possibility of the individuals. The heavy duty equipments employed by the national bodies equipments are not sufficient. This works are still going on are all over the places.

2. In the circle of Catholic Community, the temporary data available are the following. The dead are around 40. Those wounded are hospitalized in our hospital which in itself is very much damaged, so that patients are treated in tents, corridors and refectory. Operations were performed in this hospital because the city public hospital is affected badly by earthquake. There are medical assistance offered by Catholic hospitals in Sumatera and Jakarta, Bandung and Surabaya. The helps offered and delivered are personnel, medicines and instruments. Much more are promised, also from abroad.
3. The diocese of Padang respond to the needs of the victims of the earthquake under leadership and coordination of Diocesan Caritas, Karina. There are already many national Caritases in loco. Assessment and mapping are on the way. Coordination and collaboration are appropriately worked out, both with NGOs and local authority under and with coordination of OCCA. In Caritas group there are distribution of areas, responsibilities and teammates. The focus is how best to deliver humanitarian and charitable services to those who suffered most, irrespectedly of race, religion and cultures or ethnicity.

------------------------------------------------------



Padang, 3 Oktober 2009


Car. Mgr. dan Saudara/i terkasih,


Terimakasih atas perhatian dan dukungan dalam aneka bentuk dan cara kepada korban gempa tgl. 30 September 2009.
Tgl. 2 Oktober 2009 jam 22.00 saya masuk kota dari bandara, terlambat 4.5 jam dari Medan dan langsung keliling sebelum ke rumah untuk mendapat sedikit gambaran keadaan. Padang praktis gelap gulita, kecuali di rumah atau gedung dimana ada genset.

Sesudah melihat dari amat dekat dan berulang-ulang beberapa tempat, dapat saya sampaikan sbb.:

1. Ada solidaritas dalam kerpihatinan akibat gempa ini, yang menelan korban manusia dan materi yang amat besar. Setiap kali melihat reruntuhan, yang lama dan yang baru, selalu terasa menyesakkan. Banyak dan besar kerusakan. Di banyak tempat nampak alat berat untuk evakuasi korban dan orang perorangan mengurus reruntuhan rumahnya sambil menyelamatkan miliknya.
Banyak posko, tidak sedikit dapur umum tetapi tidak nampak ada “kemelaratan” dan penderitaan, tidak banyak tenda-tenda darurat di Padang, Orang rupanya cepat diakomodasi di rumah keluarga atau kenalan.
Banyak posko dari berbagai kelompok, dari kota Padang sendiri dan dari Jakarta dan kota lain. Bekerjasama dengan organisasi dan kelompok masyarakat setempat.
Dapur-dapur umum dan posko-posko nampaknya berkelimpahan bahan makanan dan minuman dasar.

2. Di lingkungan umat Katolik ada data sementara pemakaman “masal” 20 jenajah dan kemudian 10 dan 10 pada tgl 2 dan 3 Oktober. Ada kesibukan luar biasa. Yang luka dan butuh perawatan dirawat di RS Yos Sudarso atau lain. Di sana banyak pasien dari tempat lain karena operasi selama 2 hari dijalankan di sana karena RS M Jamil, RS Pusat Daerah lumpuh. Banyak bantuan medis, baik personel maupun peralatan dan obat-obat-obatan. Dan masih akan dating.

3. Keuskupan bekerja secara organisatoris dan koordinatif melalui Karina/Caritas. Sudah ada rekan-rekan dari berbagai lembaga internasional dan nasional yang bergabung. Penilaian dan pemetaan sedang dikerjakan, mau focus di bidang apa dan dimana dan bagaimana pembagian kerja di antaranya bersama dengan relawan yang terus datang, yang pasti adalah untuk karya dan pelayanan kemanusiaan lintas batas apa pun. Koordinasi dengan Basarnas dan Satkorlak juga ada.


4. Kondisi beberapa fasilitas di lingkungan Gereja/Keuskupan:

4.1. Gereja Katedral: roboh dinding pengimaman dan runtuk bagian di atas altar, sehingga sekarang terbuka. Misa Minggu, 3-4 Oktober sudah harus dilaksanakan di halaman samping, di ruang terbuka. Sedang dinilai apakah masih dapat direhab atau secara konstruksi sudah tidak layak lagi.
4.2. Pastoran (dua lantai): rusak berat. Bagian belakang jatuh dan runtuh menimpa beberapa kendaraan. Bagian lain di depan dan secretariat serta ruang-ruang bicara diragukan masih akan dapat dipugar.
4.3. Rumah Retret Puri Dharma (3 lantai): seluruh bagian belakang dari atas ke bawah runtuh dan rebah, termasuk dua genset 1 besar dan 1 kecil. Bagian lain yang sebenarnya baru dipugar sesudah gempa dua tahun lalu dikhawatirkan tidak lagi layak pugar, apalagi layak pakaiKeuskupan: bagian depannya hancur, roboh, sehingga kamar seorang Pastor di lantai 2 berantakan, dia harus mengungsi. Dua kamar di depan rusak dan bocor berat, penghuninya harus pindah. Ruang pertemuan dan kapel di gedung Utama juga banyak retak dan plafonnnya terbongkar parah. Pipa-pipa air patah, sehingga harus menimba air.
Banyak atap yang runtuh dan merusak bangunan tengah, ruangan Uskup dan refter. Dapur rusak, sehingga kami makan di gang. Kami masih bertahan di rumah ini, karena segan pindah.
4.4. Sekolah-sekolah yang hancur atau rusak total dan tidak dapat lagi digunakan:
4.4.1. Gedung SMA Don Bosko 4 lantai
4.4.2. TK Mariana
4.4.3. SD Theresia
4.4.4. SD Agnes
4.4.5. STBA Prayoga 3 lantai hancur total dan menjadi terkenal karena 16an orang terjebak di dalam dan sedikita yang dievakuasi selamat sedangkan yang lain sudah meninggal dunia Baru selesai evakuasi tgl, 3 Oktober malam..
4.5. Sekolah-sekolah yang rusak amat parah, sehingga kemungkinan harus dibongkar
sama sekali adalah:
4.5.1. SMP Maria
4.5.2. SMP Frater
4.5.3. Bangunan/Gedung tua/induk SMA Don Bosko
4.6. Sudah jelas akan tidak mudah menampung kegiatan belajar mengajar untuk semua siswa di semua tingkat dalam ruangan yang makin terbatas, pagi-sore, dan perubahan tempat dan jadual. Suatu pekerjaan besar dan rumit. Terasa kebutuhan untuk menambah ruangan belajar di luar ruang-ruang yang ada sekarang dengan tenda atau lodge darurat.

5. Wisma Sukma Indah (gereja lama) dua lantai, yang digunakan untuk berbagai kelompok kategorial dan pertemuan-pertemuan baik local, maupun nasional di kalangan gereja, rusak berat, fasadenya praktis hancur dan sebagian dinding. Masih berdiri tetapi tidak akan dapat digunakan lagi

6. Kapel dan biara Sr. SCMM rusak amat sangat berat. Patahan alur gempa amat dekat dengan kompleks ini juga. Asrama puteri, RB dan BP di kompleks ini juga sudah menghkawatirkan, kecuali rumah kayu Woloan yang nampak masih kokoh.

7. RS Yos Sudarso: bagian depan, lantai 2 dan 3 rusak amat berat dan tidak dapat digunakan, Lantai dasar dipakai karena terpaksa. Seluruh bagian lama RS ini, klinik, labor, ruangan-ruangan inap segala kelas, praktis ditnggalkan dan dialihkan ke tembok-tembok dan gang-gang rumah sakit, ke kamar makan dan tenda-tenda. Yang masih agak kokoh adalah Kamar Operasi dan Paviliun Edelweis, khusus untuk .maternitas. Bertahan juga biara Suster dan Rumah Untuk Orangtua di kompleks itu. .
Asrama perawat 3 lantai yang berada di belakang RS juga praktis habis.

8. Keuskupan: lantai dua bagian depan ambruk dan merongrong pendopo dan kamar di bawahnya, dua kamar di lantai dua dan satu jadi amat terpengaruh. Bagian belakang secara simetris terjadi yang sama, hanya belum runtuh. Kamar-kamar kebanyakan tidak dapat dipakai karena bocor, atap luruh. Dinding-dinding banyak retak dan ter”kelupas”. Dengan sedikit rasa aman kami masih menghuninya, tetapi pindah-pindah kamar.

9. Amat dibutuhkan penilaian berdasarkan ilmu dan pengalaman tentang keadaan gedung-gedung, apa dan sejauh mana layak huni, layak rehabilitasi/renovasi atau sama sekali harus dimasukkan daftar tak terpakai secara menyeluruh dan menetap untuk selamanya.


Demikian sepintas. Untuk emergency tetap diperlukan bantuan, tetapi kami sudah langsung menatap ke depan dengan beban-beban yang amat lumayan.

Salam dan hormat!



+Martinus D. Situmorang, OFM Cap

--------------------------------------------------------

Friday, September 25, 2009

OMK CUP 2009

OMK St. Lusia mengikuti kegiatan OMK Cup di St. Paulus dengan full team, mengikuti semua lomba.

OMK St. Lusia Rumbai telah mengikuti OMK Cup ke 8 di Labuh Baru dengan lancar dan sukses. Dan berkat semangatnya OMK Rumbai mendapat juara II untuk lomba Yel Yel. Lomba lain yang diikuti adalah vocal group, pacu karung, bola volley dan kuis kitab suci. Terima kasih kepada seluruh orang tua yang telah membantu dan secara khusus kepada anggota OMK yang bersemangat dalam mengikuti lomba.


Foto yang lebih banyak terdapat di : album OMK 2009 ini

Flash back sedikit, pencapaian di OMK Cup, layak kita syukuri, dengan mengingat jerih payah semua anggota OMK latihan VG, KS, gotong royong membuat lapangan voley dan bulutangkis, serta hadirnya bapak ibu pembina yang mendukung sepenuh hati plus snacknya. Sebuah proses yang baik dan indah untuk kita semua.


Thursday, September 17, 2009

Late Posting: Hari Kemerdekaan

Bagaimana kalau Umat satu stasi memperingati HUT RI?
Wah mestinya berita ini ditampilkan bulan lalu, tapi apa boleh buat, mohon maaf lebih enak dari pada mohon izin untuk telat. Ini mestinya diposting tanggal 22 Agustus 2009, tapi baru tiga minggu kemudian.

Banyak lomba untuk Adik, Abang, Kakak, Bapak dan Ibu, lengkap pokoknya, jadi dapat dua kali kesempatan meraih hadiah, pertama di kampong lalu di stasi, I love you full Indonesia.

Brian dan Stephan,
'I Luv U Indonesia, full !!'
' Eh, udah dapet hadiah belon lu Bri ?',
'Tenang boy, tadi dapet di lomba bawa kelereng dengan escavator'
'maksud lu?'
'sendok man, sendok'

Pak Situmorang dan Ibu, senyum kemerdekaan, setelah 'dijajah' oleh penutup mata selama lomba.

Hayo tancapkan bendera sebanyak-banyaknya, jangan sampai pulau kita ditancapi bendera negara lain. Lho-lho, koq jadi jauh membahasnya.

'Sudah merdeka belum kamu?', tanya Pak Carlo
'Dari apa dulu Oom?' bales anak-anak BIA, wah nanya dibales pertanyaan mantep memang putra-putri kita.

Foto selengkapnya dari Brian, Stephan dan teman-teman ada di:
http://picasaweb.google.com/santalusiarumbai/AgustusandistLusia09

Merdeka, dan Lanjutkan, Lebih Cepat dan Lebih dalam Kasih.

BKSN 2009 di Santa Lusia

Bulan Kitab Suci Nasional 2009 jatuh di bulan September 2009, kita boleh saja pandang sebagai saat Umat merayakan rencana keselamatan Tuhan. Saudara-saudara Muslim saat ini sedang merayakan bulan Ramadhan, sebagai bulan penyucian diri. Sementara kita, Umat Katolik, diajak Gereja membuka kembali buku petunjuk kehidupan beriman, atau yang sering disebut Kitab Suci. Sebuah buku cerita panjang, mulai dari kisah penciptaan, sejarah penyelamatan Tuhan bagi satu suku bangsa, dan diakhiri dengan ajaran Yesus tentang manusia, yang mendunia mendahului jaman-Nya. Terbukti, sampai saat ini, masih dapat kita alami dan rasakan, bahwa keselamatan hanya dapat diperoleh dengan adanya kasih pada pencipta manusia dan saling mengasihi antar sesama manusia.


Gereja Katolik menyebut Kitab Suci, sebagai kesatuan rencana Allah yang terpusat dalam Yesus, jadi kalau membaca dan menelaah Kitab Suci mestinya akan membawa kita lebih dekat dengan Yesus. Meski yang diangkat sebagai tokoh sentral pada BKSN 2009 adalah Yakub, dari Kitab Perjanjian Lama, diharapkan kita semua tetap dapat menempatkan tokoh ini dalam kesatuan gagasan keselamatan Yesus.

Lingkungan-lingkungan di Stasi Lusia, melaksanakan pertemuan BKSN 2009 setiap minggu, pada hari yang disepakati umat. Ada yang tiap Rabu malam, Minggu Sore, atau hari lainnya. Yang istimewa pada tahun ini BKSN diawali dengan pembekalan pengurus lingkungan se-paroki oleh Rm. Natti. Pembekalan ini dilaksanakan pada tanggal 5 Sept 2009, di Stasi Lusia.
Gambar-gambar selengkapnya dapat dilihat di: http://picasaweb.google.com/santalusiarumbai/BksnSep2009

Selamat mengikuti kisah perjuangan Yakub, dari dalam kandungan ibunya, bersaing dengan abangnya, pertemuan pertamanya dengan Tuhan, diperdaya dan memperdaya mertuanya, dan bergulat dengan personifikasi Tuhan.

Tuesday, July 28, 2009

Perpisahan Bapak Diakon Tjoanto

Selamat berkarya di ladang yang lebih luas Ngku Tjoan.






Warga Santa Lusia mengantar Bapak Tjoanto yang akan segera bertugas di tempat yang baru setelah menyelesaikan masa dinasnya di CPI. Dengan semboyan 50% untuk keluarga dan 50% untuk Gereja, Bapak Diakon yang pendiam dan lugas ini siap menyongsong karya baktinya yang baru di ladang Tuhan yang lebih luas lagi, Paroki Santa Maria Fatima Pekanbaru






foto-foto selengkapnya acara ini dapat dilihat pada tautan berikut:






dan









Pak Tjoanto dianugerahi Tuhan Mama dan Istri tercinta, juga tiga putrinya yang sangat aktif di Gereja. Jadi paling ngganteng terus di rumah .